Siddharta Gautama (563 SM – 483 SM) adalah pemimpin spiritual dari wilayah timur laut india yang dikenal luas sebagai pendiri agama Buddha. Siddharta Gautama terlahir sebagai putra mahkota yang hidup dalam kehidupan yang serba mewah sebelum ia memutuskan untuk meninggalkan segala kemewahan demi mencari ‘obat’ untuk menyembuhkan penderitaan hidup dan mati, yang kemudian dikenal dengan ’4 kebenaran mulia‘ dan ‘jalan mulia beruas delapan.
Sepanjang hidupnya Siddharta Gautama selama lebih dari 40 tahun setelah dirinya mencapai ke-Buddha-an,
beliau lebih sering membabarkan ajaran melalui khotbah secara lisan
kepada masyarakat dan murid – muridnya yang kemudian terangkum dan
dicatat beberapa ratus tahun kemudian dimana himpunan tersebut kemudian
disebut dengan Tipitaka (Tripitaka) yang dikenal sebagai kitab suci
utama agama Buddha.
Kata-Kata Mutiara Siddharta Gautama (Buddha)
‘Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara
atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan
roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya’
‘Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara
atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan
bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya’
“Ia menghina saya, ia memukul saya, ia
mengalahkan saya, ia merampas milik saya.” Selama seseorang masih menyimpan
pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir’
“Ia menghina saya, ia memukul saya, ia
mengalahkan saya, ia merampas milik saya.” Jika seseorang sudah tidak lagi
menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir”
“Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa,
dalam pertengkaran mereka akan binasa; tetapi mereka, yang dapat menyadari
kebenaran ini; akan segera mengakhiri semua pertengkaran”
“Mereka yang menganggap, ketidak-benaran
sebagai kebenaran. dan kebenaran sebagai ketidak-benaran. maka mereka yang
mempunyai, pikiran keliru seperti itu, tak akan pernah dapat, menyelami
kebenaran”
“Di dunia ini ia bergembira. Di dunia sana ia
bergembira. Pelaku kebajikan, bergembira di kedua dunia itu. Ia bergembira dan
bersuka cita karena, melihat perbuatannya sendiri yang bersih”
“Di dunia ini ia menderita. Di dunia sana ia
menderita. Pelaku kejahatan menderita di kedua dunia itu. Ia meratap ketika
berpikir, “Aku telah berbuat jahat,”, dan ia akan lebih menderita lagi, ketika
berada di alam sengsara”
“Pikiran itu sungguh sukar diawasi. Ia amat
halus dan senang mengembara sesuka hati. Karena itu hendaklah orang bijaksana
selalu menjaganya. Pikiran yang dijaga dengan baik akan membawa kebahagiaan”
“Bermacam luka (hal – hal yang menyakitkan)
dapat dibuat oleh orang – orang yang saling bermusuhan dan membenci, namun
sesungguhnya pikiran yang diarahkan secara salah akan jauh lebih berat melukai
diri sendiri”
“Janganlah memperhatikan kesalahan dan
hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh orang lain. Tetapi, perhatikanlah
apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh diri sendiri”
“Tidaklah seberapa, harumnya bunga tagara dan
kayu cendana; tetapi harumnya mereka, yang memiliki sila (kebajikan), menyebar
sampai ke surga”
“Apabila dalam pengembaraan seseorang tak
menemukan sahabat yang lebih baik atau sebanding dengan dirinya, maka hendaklah
ia tetap melanjutkan pengembaraannya seorang diri. Janganlah bergaul dengan
orang bodoh (tidak bijaksana)”
“Bila orang bodoh dapat menyadari
kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana; tetapi orang bodoh yang
menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh”
” Selama buah dari suatu perbuatan jahat
belum masak, maka orang bodoh (tak bijaksana) akan menganggapnya manis seperti
madu; tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan
pahitnya penderitaan”
“Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan,
tidak segera menghasilkan buah, seperti air susu yang tidak langsung menjadi
dadih; demikianlah perbuatan jahat itu membara mengikuti orang bodoh, seperti
api yang ditutupi abu”
“Biarlah ia memberi nasehat, petunjuk, dan
melarang apa yang tidak baik, orang bijaksana akan dicintai oleh orang yang
baik dan dijauhi oleh orang yang jahat”
“Pembuat saluran air mengalirkan air, tukang
panah meluruskan anak panah, tukang kayu melengkungkan kayu, orang bijaksana
mengendalikan dirinya”
“Bagaikan batu karang yang tak tergoncangkan
oleh badai, demikian pula para bijaksana tidak akan terpengaruh oleh celaan
maupun pujian”
“Bagaikan tanah, demikian pula orang suci.
Tidak pernah marah, teguh pikirannya bagaikan tugu kota (indakhila), bersih
tingkah lakunya bagaikan kolam tak berlumpur. Bagi orang suci seperti ini tak
ada lagi siklus kehidupan”
“Daripada seribu kata yang tak berarti,
adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang dapat memberi kedamaian
kepada pendengarnya”
“Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan
musuh dalam ribuan kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar
adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri”
“Menaklukkan diri sendiri sesungguhnya lebih
baik daripada menaklukkan makhluk lain; orang yang telah menaklukkan dirinya
sendiri selalu dapat mengendalikan diri”
“Biarpun selama seratus tahun seseorang
menyalakan api pemujaan di hutan, namun sesungguhnya lebih baik jika ia,
walaupun hanya sesaat saja, menghormati orang yang telah memiliki pengendalian
diri”
“Dalam dunia ini, pengorbanan dan persembahan
apapun yang dilakukan oleh seseorang selama seratus tahun, untuk memperoleh
pahala dari perbuatannya itu, semuanya tidak berharga seperempat bagian pun,
daripada penghormatan yang diberikan kepada orang yang hidupnya lurus”
“Ia yang selalu menghormati dan menghargai
orang yang lebih tua, kelak akan memperoleh empat hal, yaitu: umur panjang,
kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan”
“Walaupun seseorang hidup seratus tahun,
tetapi malas dan tidak bersemangat, maka sesungguhnya lebih baik kehidupan
sehari dari orang berjuang dengan penuh semangat”
” Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang
baik,selama buah perbuatan jahatnya belum masak, tetapi bilamana hasil
perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk”
“Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang
buruk,selama buah perbuatan bajiknya belum masak, tetapi bilamana hasil
perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang baik”
“Apabila seseorang tidak mempunyai luka di
tangan, maka ia dapat menggenggam racun. Racun tidak akan mencelakakan orang
yang tidak luka. Tiada penderitaan bagi orang yang tidak berbuat jahat”
“Tidak di langit, di tengah lautan, di
celah-celah gunung atau di manapun juga, dapat ditemukan suatu tempat bagi
seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya”
“Barang siapa mencari kebahagiaan untuk
dirinya sendiri dengan jalan menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan
kebahagiaan, maka setelah mati ia tak akan memperoleh kebahagiaan”
“Kota (tubuh) ini terbuat dari tulang
belulang yang dibungkus oleh daging dan darah. Di sinilah terdapat kelapukan
dan kematian, kesombongan dan iri hati”
“Orang yang tidak mau belajar akan menjadi
tua seperti sapi; dagingnya bertambah tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang”
“Sungguh mudah untuk melakukan hal-hal yang
buruk dan tak bermanfaat, tetapi sungguh sulit untuk melakukan hal-hal yang
baik dan bermanfaat bagi diri sendiri”
“Barangsiapa dapat memandang dunia ini
seperti melihat busa atau seperti ia melihat fatamorgana, maka Raja Kematian
tidak dapat menemukan dirinya”
“Orang yang melanggar salah satu Dhamma (sila
keempat, yakni selalu berkata bohong), yang tidak memperdulikan dunia
mendatang, maka tak ada kejahatan yang tidak dilakukannya”
“Dari keinginan timbul kesedihan, dari
keinginan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari keinginan, tiada
lagi kesedihan maupun ketakutan”
“Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih dan
kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati,
dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran”
“Tidak pada zaman dahulu, waktu yang akan
datang ataupun waktu sekarang, dapat ditemukan seseorang yang selalu dicela
maupun yang selalu dipuji”
“Bagaikan karat yang timbul dari besi, bila
telah timbul akan menghancurkan besi itu sendiri, begitu pula
perbuatan-perbuatan sendiri yang buruk akan menjerumuskan pelakunya ke alam
kehidupan yang menyedihkan”
“Seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana
hanya karena ia banyak bicara. tetapi orang yang damai, tanpa rasa benci dan
rasa takut dapat disebut orang bijaksana”
“Apabila dengan melepaskan kebahagiaan yang
lebih kecil orang dapat memperoleh kebahagiaan yang lebih besar, maka hendaknya
orang bijaksana melepaskan kebahagiaan yang kecil itu, guna memperoleh kebahagiaan
yang lebih besar”
“Barangsiapa menginginkan kebahagiaan bagi
dirinya sendiri dengan menimbulkan penderitaan orang lain, maka ia tidak akan
terbebas dari kebencian; ia akan terjerat dalam kebencian”
“Meskipun dari jauh, orang baik akan terlihat
bersinar bagaikan puncak pegunungan Himalaya. Tetapi, meskipun dekat, orang
jahat tidak akan terlihat, bagaikan anak panah yang dilepaskan pada malam hari”
“Orang yang lengah dan berzina akan menerima
empat ganjaran, yaitu : pertama, ia akan menerima akibat buruk; kedua, ia tidak
dapat tidur dengan tenang; ketiga, namanya tercela; dan keempat, ia akan masuk
ke alam neraka”
“Sebaiknya seseorang tidak melakukan
perbuatan jahat, karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya
sendiri. Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, karena setelah
melakukannya ia tidak akan menyesal”
“Mereka yang merasa malu terhadap apa yang
sebenarnya tidak memalukan, dan sebaliknya tidak merasa malu terhadap apa yang
sebenarnya memalukan; maka orang yang menganut pandangan salah seperti itu akan
masuk ke alam sengsara”
“Bergembiralah dalam kewaspadaan dan jagalah
pikiranmu dengan baik; bebaskanlah dari cara-cara yang salah, seperti seekor
gajah melepaskan dirinya yang terbenam dalam lumpur”
“Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa
senang mengejar objek-objek indria, dan mereka menjadi terikat pada
keinginan-keinginan indria. Karena cenderung pada hal-hal yang menyenangkan dan
terus mengejar kenikmatan-kenikmatan indria, maka mereka menjadi korban
kelahiran dan kelapukan”
“Orang bijaksana menyatakan bahwa belenggu
yang terbuat dari besi, kayu, ataupun rami tidaklah begitu kuat. Tetapi ikatan
terhadap anak-anak, istri, dan harta benda, sesungguhnya merupakan belenggu
yang jauh lebih kuat”
“Orang yang pikirannya kacau, penuh dengan
nafsu, dan hanya melihat pada hal-hal yang menyenangkan saja, maka nafsu
keinginannya akan terus bertambah. Sesungguhnya orang seperti itu hanya akan
memperkuat ikatan belenggunya sendiri”
0 comments:
Post a Comment